Sabtu, 25 April 2015

Terbiasa

Raga ini terbiasa jauh darimu yang jauh di sana. yah kamu, kamu yang jauh di sana, kamu yang dulu saya banggakan akan kebiasaanmu yang selalu ada buat saya, kamu sahabat terbaik saya, namun sekarang sudah berubah, kita jauh, jauh karena jarak, jauh karena tempat, jauh karena waktu. impian yang dulu kita rajut bersama untuk dapat selalu ada satu sama lain, kini hancur, sirna, musnah sudah dimakan oleh waktu yang seakan membuat kamu hilang dari pandangan saya, dari fikiran yang dulunya selalu aku fikirkan.

Apa kamu?? Jangan hanya melihat saya dari frame foto yang cuma berukuran tidak lebih besar dari frame wajah saya. Sini kamu, datang kesini kalau kamu emang ingin terus bersahabat dengan saya. Jangan hanya tersenyum.
Kamu pembohongkan? Seharusnya kamu ada sekarang, saat saya sendiri di kota orang. Mana janjimu yang kamu bilang akan terus menjaga saya, jadi teman terbaik saya, suka duka kita sama-sama. Mana janji itu? Sirna sudahkah? Sirna karena jarak. Apa tidak bisakah kau jalani daratan itu, lari dan sebrangi lautan itu agar dapat kau tepati janji mu. Sudahlah emang benar yang kau katakan bahwa dunia ini emang sementara, begitu juga dengan semua janjimu yang semua tinggi tiada tara namun hanya sekejap sirna sudah.

Aagh dasar omong kosong belaka, tak adakah penyesalanmu akan hal ini??? apakah hari-hari mu lebih indah dengan keadaan tidak ada orang menyebalkan yang hampir setiap malam menelfonmu hanya untuk menceritakan pengalamannya satu harian penuh atas segala kegiatannya tanpa terlewatkan sekalipun? apakah kini kamu lebih menikmati hari-hari mu tanpa dia orang yang kamu ketahui paling cengeng, iya, emang hanya kamu yang tahu betapa cengengnya dia, betapa lemahnya dia, karena tidak sedikitpun dia memakai topengnya ketika bersamamu. orang lain dengan bangga mengatakan bahwa dia adalah wanita yang kuat yang selalu bisa menjalankan semua keadan dengan tenang dan selalu bisa keluar dari permasalahan yang teramat dalam. ketahuilah kamulah satu-satunya orang yang tau betapa jahatnya dia, betapa egoisnya dia, betapa hinanya dia, betapa berdosanya dia, betapa beratnya hidup dia, dan cuma kamu yang tau betapa pandainya dia menutupi itu semua didepan orang banyak.

Tarian gemetar tubuh ini tak lagi mendengar suara mu yang biasa menenangkan 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;