Rabu, 22 Oktober 2014 0 komentar

Perkara Jauh

"Hai, saya mau kamu berhenti menunggu saya," ucapku di ujung telfon.
Ini sudah kesekian kalinya aku mengatakan ini padanya. Namun aku juga gak tau terbuat dari apa hati dan fikiran makhluk satu ini, dia begiu sabar dan tabah menghadapi aku, waktu dan jarak yang jauh. Umur kami selesih sangat jauh, sekitar 7 tahun. Aku mengenalnya sudah cukup lama, sejak aku duduk di bangku SMP. Dia adalah saudara kandung sahabatku.
"Kenapa? Apa kamu bosen sama ini semua? Aku pernah berjanji untuk terus nunggu kamu." Jawabnya dengan penuh lembut.
"Janji? Udah deh, saya capek begini terus. Lupai aja janji kamu."
Dengan sangat kesal seperti biasa aku selalu mematikan terlfon terlebih dahulu sebelum mendengarkan jawabannya.
Saat itu sepertinya aku sadar kalau aku sudah terlalu egois. Pemicu masalah kami bukanlah orang ketiga atau siapapun, tapi semua karena aku. Kadang aku berfikir untuk apa ada cowok sebaik dia yang menungguku, walaupun hubungan kita gak tau dikatakan apa. Nggak ada didalam fikiranku untuk punya pasangan di tempat aku merantau, tapi kadang aku berfikir kenapa harus bertahan sama hal yang tidak jelas, apalagi kita sama-sama gak bisa tau apa yang dilakukan sesama.
Dan dengan ketenangan hatinya, kesabarannya, dewasanya dia selalu akan menelfon saya kembali diwaktu yang bisa d hitung dengan detik. Lebih menjelaskan kalau dia adalah pria yang baik, dia selalu meminta maaf atas kejadian yang sudah terjadi. Sungguh aku kagum dengan pribadinya, sungguh tuhan maha segala menciptakan makhluk seperti dia.
"Maaf kalau saya gak bisa seperti yang lain dengan pasangannya, tapi saya sudah berusaha membuktikan ke kamu, kalau saya serius sama kamu."
Aku hanya bisa diam di atas tempat tidur kamar sederhanaku.
"Saya serius sama kamu, buktinya saya masih tetap nunggu kamu, saya bertahan bukan buat siapa-siapa, tapi karna diri saya, diri saya mau kamu." Jelasnya terus padaku yang masih tersidiam.
"Hallo, hallo, hallo, Riyane jawab saya dong." Lanjutnya sambil menyadarkan aku
Dengan suara yang goyang, aku menjawab, "tolongdong cobalah untuk mengenal duniamu, cobalah untuk kamu mengenal wanita disana, cobalah mengenal mereka lebih dalam,."
"Kenapa harus wanita, dan saya rasa mengenal cukup hanya sekedar berteman." Ujarnya memotong pembicaraanku.
Sepertinya tuhan sudah menakdirkan kamu menjadi orang yang hampir sempurna, tapi apa mungkin juga kamu terlalu bodoh atau ah sudahlah yang jelas itulah kamu.
Gaktau kenapa sifatnya yang seperti itu semakin membuat aku terkadang berfikir aku tidak pantas untuk ditunggu pria seperti kamu. Tapi aku juga tidak mau menjadi munafik, aku juga menginginkan kamu dimasa depan.

 
;