Aku yang terus berjuang melawan
penyakitku di tambah lagi dengan beban hidup dari orang-orang sekitarku. Yah
tapi aku selalu berusaha selalu tersenyum dan bahagia di depan orang banyak.
Fara adalah nama yang di berikan orang tuaku kepadaku, sejak umurku 7 tahun
hingga sekarang aku mengidap penyakit tumor otak. Semua sudah dilakukan oleh
keluarga ku termasuk mama dan papaku untuk menyembuhkan ku, tapi apalah daya
semua ini sudah takdir dari Allah SWT. Yah, aku Cumbisa bersyukur atas apa
yang di berikan tuhan padaku.
Kelas XII
SMA Negeri d medan, yah sekarang aku sudah kelas 2 SMA, Semua temanku awalnya
tidak tahu kalau aku mengidap penyakit ini, karena aku tidak mau mereka
berteman denganku karena merasa kasihan denganku. Aku punya 2 sahabat yang
selalu menemaniku di saat aku susah maupun senang, dan mereka juga belum tau
aku mengidap penyakit yang setiap hari membuat aku melemah. Vena dan Aya itulah
nama mereka, berteman sejak SD membuat kami sangat akrab dan kompak dan
pastinya selalu bisa mengerti satu dengan lainnya.
“Sekarang
kita uda kelas 3 yah we, gak terasa sebentar lagi uda mau UN.” Kata Vena kepada
Fara dan Aya.
“Iya,
tamat SMA kita lanjut kemana yah? Aku sih maunya ke perguruan tinggi di
Bandung.” Saut Aya.”
“Iya
aku juga mau kuliah di situ, kalo kamu gimana Far?”
“Aku
kayaknya mau istirahat yang panjang banget, soalnya aku capek.”
“Maksud
kamu apa far?” kata Aya terkejut.
“Hehe,
gak maksud aku, aku mau istirahat dulu gak usah belajar dulu 9 tahun mengenyam
bangku sekolah buat aku bosen, jadi mau istirahat dulu.”
“Oh
gitu, kirai ntah kenapa. Yauda kalau itu mau kamu. Tapi janji yah far tahun
selanjutnya kamu ikut kita di perguruan tinggi itu.” Kata Vena sambil merangkul
Fara.
“oke
sep tenang aja kelen.” Jawab fara sambil tersenyum.
Ketika
asyik bicara, Arif cowok yang suka dengan Fara lewat dan menegur Fara.
“Hay Far….”
“Hay Rif….”
“Far
kayaknya kita mau balik ke kelas dulu lah. Bye Fara.” Kata Teman-teman fara
sambil beranjak meninggalkan Fara.
“Ih
kalian, jangan tinggalli dong.” Saut Fara sambil teriak.
“Far, aku mau ngomong
sesuatu sama kamu.” Kata Arif, serius.
“yah uda ngomong aja.”
“Aku
suka sama kamu sejak kita SD tapi aku baru sekarang berani bilang ke kamu, kamu
mau gak jadi orang yang special buat aku?”
Fara terdiam dan
tatapannya kosong mengahadap Arif.
“Far,…” sahut Arif karena
Fara terdiam.
“oh
iya Rif, maaf.”
“kasi aku waktu untuk
berfikir Rif.”
“Oke,
aku tunggu Besok yah Far.”
“Janganlah
Rif kasi waktu 1 Bulan.”
“Kenapa
harus 1 Bulan Far? Aku butuh kepastian Far.”
“Tapi
kamu gak ngerti Rif. Tolong Rif, kalau kamu serius kamu pasti mau nunggu.”
“Okelah,
aku tunggu yah Far, Aku selalu nunggu Far. Ya uda, aku antar kamu ke kelas yah
Far.”
“Iya,
J.”
Pulang
sekolah Vena, Aku dan Aya mau pergi ke Pusat perbelanjaan di Medan. Saat kami
sedang asyik jalan Aku yang sudah merasa lelahpun telihat pucat dan Mimisan.
“Far
kamu mimisan?” kata Vena terkejut.
“hah,
gak ah, gak apaapa ini kok.” Jawab Fara sambil memegang hidungnya yang penuh darah.
“Beneran
gak apapa Far, yaudah kita pulang aja yuk, mungkin kamu kecapean.” Kata Aya,
Cemas.
“Ya
udah. Tapi aku gak apapa kok.”
Hari
demi hari ku jalani, sakit yang aku derita selalu membuat aku berusaha selalu
kuat untuk bertahan hidup, tapi jujur aku sudah tidak kuat, aku ingin
istirahat, ingin tidur dalam jangka waktu lama. Sakit setiap hari membuatku terbiasa dengan
obat-obat yang di berikan dokter padaku. Puncaknya pada Tanggal 30 Januari
kepalaku terasa berat, dan sakit yang sehari-hari beda dengan sakit yang hari
itu kurasa, hanya menangis dan berteriak yang dapat kulakukan, mama dan papa
datang untuk membawaku ke rumah sakit, tapi aku tidak mau.
“Ma,
Fara uda capek, Fara mau istirahat ma, Fara mau tidur panjang.”
“Kamu
uda capek sayang, tapi kamu harus kuat sayang, kamu pasti sembuh.” Jawab mama
sambil menangis dan memelukku dengan erat.
“Fara,
sudah berjuang, tapi mungkin inilah puncak dari perjuangan Fara, Ma.”
“Mama
sayang sama fara, Fara yang tenang yah sayang. Kamu istirahat yang tenang yah
sayang.”
“Ma,
Fara titip ini yah untuk di berikan ke Arif. Ma, makasi buat semua yang uda
mama berikan ke Fara.”
“Iya
sayang, kamu tidur yang lelap yah sayang.” Jawab mama sambil menangis dan
memeluk erat tubuh Fara yang terbaring di atas tempat tidur.
Di
pelukan Mama Akupun tertidur pulas dan tidak ada yang bisa membangunkan aku,
Sebenarnya Di hari itu aku ingin mengatakan ke Arif, kalau aku juga sayang sama
Arif, Tetapi semua hanya tinggal kenangan, semoga isi suratku bisa menjawab
Semua penantian Arif selama ini.
“Arif, maaf kalau aku menggantung
perasanmu, hari ini seharusnya aku menjawab penantianmu, tetapi aku harus pergi
untuk selama-lamanya karena sakit yang kuderita selama 8 Tahun. Sebenarnya aku
juga sayang sama kamu, tapi aku hanya gak mau kamu punya pacar yang sudah d
vonis umurnya hanya tinggal 3 bulan. Aku berharap kamu dapat cew yang lebih
baik lagi dari pada aku. Mungkin inilah akhir dari kita, kita gak bisa bersatu
di Dunia, tapi yakinlah kita abadi di alam lain kalau kita saling tulus. Arif,
Maaf kalau aku gak pernah bilang kalau aku sakit, aku hanya gak mau kalian
merasa kasihan dengan aku. Aku selalu di sampingmu Rif.” Desah suara Arif
sambil membaca surat terakhir dari Fara, dan terlihat air mata yang menetes d
pipinya.
“Aku juga sayang sama kamu
Fara tulus sekali.”
“Tuhan
kenapa kami gak bisa bersatu? Tuhan satukan kami di sana nanti.” Jerit Arif
penuh penyesalan.
Setiap
kejadian tidak akan berakhir sama, setiap manusia mempunyai takdirnya
masing-masing. Sayangi orang yang sayang dengan kamu, karena kalau sudah
semuanya tiada barulah semua itu terasa.